Taskap ini juga menyoroti pentingnya integrasi riset dan inovasi pertanian, seperti teknologi Nutrigads dan FeRADS yang dikembangkan perguruan tinggi dalam mendukung optimasi pemupukan. Inovasi semacam ini dianggap mampu memperkuat efektivitas program digitalisasi pertanian di lapangan.
Nabil Djaidi menjelaskan bahwa keberhasilan digitalisasi pertanian tidak hanya bergantung pada teknologi, melainkan juga pada tata kelola yang baik. Kolaborasi lintas sektor—pemerintah, BUMD, akademisi, pelaku usaha, komunitas, dan media—harus diperkuat agar transformasi berjalan terpadu, berkelanjutan, dan berdampak luas.
Taskap ini menyimpulkan bahwa digitalisasi merupakan kunci untuk mempercepat modernisasi sektor pertanian, meningkatkan produktivitas, dan memperkuat ketahanan pangan nasional. Teknologi memberikan peluang untuk mengurangi ketergantungan pada impor, meningkatkan kesejahteraan petani, serta memastikan pasokan pangan murah dan berkualitas.
Melalui kajian yang mendalam, penulis menawarkan rekomendasi strategis yang meliputi peningkatan infrastruktur digital, integrasi data nasional berbasis SPBE, penguatan BUMD Pangan, pengembangan kapasitas SDM pertanian, hingga penguatan kerangka regulasi yang mendukung inovasi teknologi.
Dengan dukungan kebijakan yang tepat dan implementasi yang terukur, pemanfaatan teknologi digital diharapkan dapat menjadi kekuatan baru dalam membangun pertanian Indonesia yang modern, tangguh, dan berdaya saing global. Taskap ini menjadi kontribusi penting bagi pengembangan wawasan strategis peserta P4N dan menjadi referensi pemikiran bagi pemangku kepentingan di sektor pangan.
Akhirnya, publikasi ini menggarisbawahi bahwa Indonesia memiliki modal besar untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan. Transformasi digital hanyalah salah satu pilar, namun keberhasilan membutuhkan komitmen kolektif, sinergi nasional, dan tata kelola yang baik untuk memastikan pangan untuk seluruh rakyat Indonesia terpenuhi secara adil dan berkelanjutan. (MF/BIA)
