Lebih lanjut, penulis menyoroti pentingnya kesiapan nasional dalam menghadapi cyber threat. Data SAFEnet menunjukkan peningkatan signifikan jumlah serangan siber di Indonesia pada tahun 2024, yang sebagian besar menyasar institusi publik dan infrastruktur digital strategis. Fenomena ini menunjukkan bahwa keamanan siber merupakan bagian integral dari ketahanan nasional. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengembangkan sistem pertahanan siber nasional yang kokoh, melibatkan kolaborasi lintas sektor antara lembaga negara, dunia usaha, dan masyarakat sipil.
Selain aspek keamanan, Dr. Eko Daryanto juga menyoroti kesenjangan digital sebagai hambatan nyata dalam diplomasi digital. Tidak meratanya akses terhadap teknologi dan literasi digital menyebabkan sebagian masyarakat tertinggal dalam arus informasi global. Untuk itu, literasi digital menjadi salah satu kunci agar seluruh lapisan masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam mendukung diplomasi nasional, terutama dalam membentuk narasi positif tentang Indonesia di dunia maya.
Taskap ini juga mengulas keterkaitan erat antara diplomasi digital dan diplomasi publik. Diplomasi publik digital, menurut penulis, mampu memperkuat nation branding Indonesia dengan mempromosikan nilai-nilai kebangsaan, kebudayaan, dan potensi ekonomi kreatif. Dengan pendekatan komunikasi yang inovatif, diplomasi digital dapat membangun persepsi positif dan memperluas jejaring internasional yang mendukung stabilitas nasional.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, Dr. Eko Daryanto menawarkan langkah-langkah strategis. Ia menekankan pentingnya agenda-setting yang proaktif dalam membangun narasi diplomatik yang konsisten, serta perlunya kebijakan nasional yang tegas terkait tata kelola ruang digital. Penguatan kapasitas SDM, peningkatan koordinasi antarinstansi, serta kolaborasi lintas sektor menjadi elemen penting dalam memperkuat diplomasi digital Indonesia.
Penulis juga menyoroti bahwa diplomasi digital tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus berjalan selaras dengan diplomasi konvensional. Integrasi antara kedua pendekatan ini akan menciptakan sistem diplomasi yang adaptif terhadap perubahan zaman sekaligus tetap berakar pada nilai-nilai nasional. Pendekatan tersebut diyakini mampu menjaga kredibilitas diplomasi Indonesia di tengah kompetisi global yang semakin ketat.
