Andri Wahyudi juga menyoroti peran strategis TNI AL dan Bakamla dalam mendukung diplomasi maritim melalui naval diplomacy dan pengawasan perbatasan laut. Menurutnya, diplomasi maritim dan pertahanan laut harus berjalan beriringan dalam satu visi, yaitu menjaga kedaulatan dan memperkuat posisi Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Melalui kajian mendalam yang dituangkan dalam Taskap ini, Andri berharap gagasan tentang diplomasi maritim dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi pemerintah dan lembaga terkait. Ia menilai bahwa diplomasi maritim bukan hanya tugas Kementerian Luar Negeri, tetapi merupakan tanggung jawab kolektif seluruh elemen bangsa yang memiliki kepentingan di laut.
Penyusunan Taskap ini juga menjadi bentuk nyata dedikasi peserta P4N dalam menghasilkan karya ilmiah yang relevan dengan kebutuhan bangsa. Dengan pendekatan akademis dan strategis, karya ini tidak hanya menggambarkan kondisi faktual, tetapi juga menawarkan solusi praktis yang dapat diimplementasikan.
Dalam penutupnya, Andri Wahyudi menyampaikan bahwa diplomasi maritim harus menjadi wajah Indonesia di dunia internasional—wajah yang mencerminkan ketegasan, kecerdasan, dan komitmen terhadap perdamaian serta keadilan maritim global. Ia meyakini bahwa masa depan Indonesia akan sangat ditentukan oleh seberapa kuat bangsa ini mengelola dan memperjuangkan lautnya.
Kertas karya ilmiah perseorangan ini tidak hanya menjadi bagian dari proses akademik di Lemhannas RI, tetapi juga menjadi kontribusi nyata dalam memperkaya khazanah literatur kebijakan maritim Indonesia. Melalui publikasi ini, diharapkan masyarakat luas, khususnya kalangan akademisi dan praktisi kebijakan, dapat memperoleh inspirasi dan pemahaman baru mengenai pentingnya diplomasi maritim bagi masa depan bangsa. (ALV/BIA)
