Kertas Karya Ilmiah Perseorangan (Taskap) berjudul “Industrialisasi Kelapa Sawit Guna Meningkatkan Ketahanan Energi Nasional” karya peserta P4N LXVIII Lemhannas RI, Kolonel Pas Nasser, S.T., M.Han., menghadirkan analisis mendalam mengenai posisi strategis sawit sebagai sumber energi terbarukan yang mampu memperkuat kemandirian energi Indonesia. Taskap ini menegaskan bahwa industri sawit tidak hanya berperan dalam sektor ekonomi dan ekspor, tetapi juga merupakan salah satu fondasi penting bagi tercapainya ketahanan energi nasional di tengah tantangan global.
Indonesia selama ini dihadapkan pada kebutuhan energi yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan industri, mobilitas masyarakat, dan dinamika pembangunan nasional. Situasi ini memaksa negara melakukan diversifikasi energi untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil impor. Dalam konteks tersebut, kelapa sawit menjadi salah satu komoditas unggulan yang dinilai mampu menjawab tantangan ketahanan energi melalui pengembangan biodiesel, green diesel, bioavtur, serta beragam bentuk bioenergi lainnya.
Data yang dikaji dalam Taskap menunjukkan bahwa perkebunan sawit Indonesia telah berkembang menjadi salah satu yang terbesar di dunia, dengan luas lebih dari 16 juta hektare. Produksi CPO nasional yang berkisar 45–47 juta ton per tahun memberikan peluang besar untuk memperkuat sektor energi melalui industrialisasi sawit. Tak hanya berhenti pada produksi CPO, pengembangan industri hilir dan energi sawit membuka ruang peningkatan nilai tambah yang signifikan bagi perekonomian nasional.
Pemerintah Indonesia telah mengimplementasikan program mandatori biodiesel secara bertahap mulai dari B20, B30, hingga B35 yang berlaku sejak 2023. Kebijakan ini terbukti memberikan dampak besar terhadap pengurangan impor solar dan penghematan devisa. Berdasarkan data yang diulas Nasser dalam Taskap-nya, implementasi biodiesel nasional mampu menghemat ratusan triliun rupiah setiap tahun, sekaligus mengurangi emisi karbon dalam jumlah signifikan. Rencana penerapan B40 pada 2025 semakin menegaskan komitmen negara dalam memperkuat ketahanan energi berbasis sumber daya domestik.
Selain mendukung ketahanan energi, industrialisasi sawit berperan penting dalam penguatan ekonomi nasional. Industri ini menyumbang lebih dari 13% ekspor non-migas dan menyerap lebih dari 16 juta tenaga kerja, menjadikannya salah satu sektor yang paling berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat, khususnya di wilayah pedesaan. Nasser menekankan bahwa keberhasilan industrialisasi energi sawit akan secara langsung berdampak pada stabilitas ekonomi nasional dan pemerataan pembangunan.
