Hilirisasi Pangan: Jalan Strategis Menuju Ketahanan Ekonomi Nasional

Upaya memperkuat ketahanan ekonomi nasional, peserta Program Pendidikan Penyiapan dan Pemantapan Pimpinan Nasional (P4N) LXVIII Lemhannas RI, Dr. Antoni Ludfi Arifin, S.E., M.M., menulis Kertas Karya Ilmiah Perseorangan (Taskap) berjudul “Hilirisasi Pangan Guna Mewujudkan Ketahanan Ekonomi.” Tulisan ini menggali secara komprehensif pentingnya strategi hilirisasi dalam mengoptimalkan potensi pangan Indonesia, sekaligus menjawab tantangan struktural yang menghambat kemandirian ekonomi berbasis sumber daya lokal.

Sebagai negara agraris dengan kekayaan alam melimpah, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi kekuatan ekonomi berbasis pangan. Namun, potensi tersebut sering belum dimanfaatkan secara optimal karena sebagian besar hasil pertanian masih dijual dalam bentuk bahan mentah dengan nilai tambah yang rendah. Melalui hilirisasi, Dr. Antoni Ludfi Arifin menekankan pentingnya mengolah hasil pangan menjadi produk setengah jadi atau produk akhir yang mampu meningkatkan nilai ekonomi dan membuka lapangan kerja baru.

Dr. Antoni dalam taskapnya menguraikan bahwa hilirisasi pangan merupakan kunci dalam menciptakan sistem ekonomi yang tangguh dan berkelanjutan. Proses ini tidak hanya menambah nilai produk, tetapi juga memperkuat rantai pasok, memperbaiki distribusi, dan mendorong kemandirian nasional di sektor pangan. Dengan memperkuat sektor pengolahan, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor dan memperbesar peluang ekspor produk olahan.

Data yang dikutip dalam Taskap menunjukkan bahwa ketahanan pangan Indonesia masih menghadapi ketimpangan antardaerah. Indeks Ketahanan Pangan (IKP) 2024 menggambarkan masih adanya disparitas antara kawasan barat dan timur Indonesia. Papua dan Papua Barat misalnya, memiliki skor IKP yang jauh di bawah rata-rata nasional. Kondisi ini menandakan perlunya kebijakan afirmatif dan pembangunan infrastruktur pangan yang lebih merata agar semua daerah memiliki akses dan kemampuan produksi yang setara.

Selain itu, analisis terhadap neraca perdagangan menunjukkan bahwa sektor tanaman pangan masih mengalami defisit yang signifikan. Nilai impor yang jauh melampaui ekspor menandakan rendahnya daya saing produk pangan dalam negeri. Melalui hilirisasi, diharapkan komoditas pertanian Indonesia dapat diolah menjadi produk bernilai jual tinggi yang kompetitif di pasar internasional dan sekaligus mengurangi defisit perdagangan.

Scroll to Top