Dalam aspek teori, Dr. Antoni mengacu pada konsep Competitive Advantage dari Michael Porter yang menekankan pentingnya inovasi dan efisiensi dalam menciptakan nilai tambah. Ia menegaskan bahwa keunggulan kompetitif bangsa tidak lagi hanya bergantung pada kekayaan alam, tetapi juga pada kemampuan mengembangkan teknologi pengolahan, sistem distribusi, dan sinergi lintas sektor yang efektif. Dengan demikian, hilirisasi menjadi instrumen strategis dalam membangun daya saing nasional.
Lebih lanjut, Taskap ini juga menggarisbawahi pentingnya pendekatan value chain atau rantai nilai dalam industri pangan. Setiap tahapan mulai dari produksi, pengolahan, distribusi, hingga pemasaran harus terintegrasi dengan baik agar menghasilkan efisiensi dan nilai tambah maksimal. Dengan rantai nilai yang kuat, produk pangan Indonesia tidak hanya mampu bersaing di pasar domestik tetapi juga menembus pasar global.
Hilirisasi pangan juga dipandang sebagai bentuk transformasi ekonomi struktural. Dr. Antoni menilai bahwa ekonomi Indonesia perlu beralih dari ekonomi berbasis bahan mentah menuju ekonomi berbasis nilai tambah. Perubahan ini tidak hanya meningkatkan pendapatan nasional, tetapi juga mendorong pemerataan kesejahteraan masyarakat, khususnya bagi petani dan pelaku usaha mikro di sektor pangan.
Dalam perspektif ketahanan nasional, hilirisasi pangan berperan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi dan sosial. Ketika masyarakat memiliki akses terhadap pangan yang cukup dan terjangkau, potensi konflik sosial dan gangguan politik dapat ditekan. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan sektor pangan tidak hanya berdampak ekonomi, tetapi juga menjadi fondasi bagi ketahanan nasional secara keseluruhan.
Taskap ini juga menyoroti pentingnya dukungan regulasi dan kebijakan pemerintah dalam mempercepat hilirisasi pangan. Sejumlah peraturan seperti Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan serta berbagai kebijakan turunan lainnya memberikan dasar hukum bagi penguatan sektor ini. Namun, implementasinya masih memerlukan konsistensi dan sinergi lintas kementerian agar hasilnya lebih terarah dan terukur.
Tidak kalah penting, penguatan inovasi dan teknologi menjadi faktor utama dalam mewujudkan hilirisasi pangan yang berdaya saing. Pengembangan riset, peningkatan kapasitas SDM, dan digitalisasi rantai pasok merupakan langkah strategis yang dapat meningkatkan efisiensi dan menekan biaya produksi. Dengan inovasi yang tepat, produk pangan Indonesia dapat memiliki standar kualitas tinggi dan diterima di pasar internasional.
