Melalui pendekatan teoretis dan empiris, Agus menawarkan langkah strategis untuk memperkuat peran UMKM dalam ketahanan pangan nasional. Ia mengusulkan peningkatan akses pembiayaan inklusif, pelatihan manajemen dan digitalisasi, penguatan kelembagaan koperasi pangan, serta kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat. Ia menekankan pentingnya pendampingan berkelanjutan agar kebijakan pemberdayaan tidak berhenti pada tataran wacana.
Agus juga menyoroti pentingnya sinergi antara program pemerintah dengan kebutuhan nyata di lapangan. Banyak UMKM yang membutuhkan bantuan teknis sederhana seperti sertifikasi halal, pengemasan higienis, dan akses logistik yang efisien. Dukungan semacam itu lebih berdampak langsung dibandingkan sekadar penyaluran dana. Menurutnya, keberhasilan pemberdayaan UMKM tidak diukur dari jumlah program, tetapi dari peningkatan kesejahteraan dan kemandirian pelaku usaha.
Dalam penutup Taskap-nya, Agus menyampaikan bahwa pemberdayaan UMKM pangan merupakan strategi kunci untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, berdaulat, dan berkeadilan. Pangan adalah kebutuhan dasar manusia, dan kemandirian pangan adalah simbol kemerdekaan ekonomi bangsa. Dengan memperkuat UMKM, Indonesia sedang memperkuat pondasi ketahanan nasionalnya secara menyeluruh.
Karya ilmiah ini menunjukkan komitmen seorang peserta Lemhannas RI dalam mengaitkan isu ekonomi mikro dengan visi strategis negara. Agus memandang bahwa ketahanan pangan bukan hanya urusan produksi dan distribusi, tetapi juga bagian dari perjuangan membangun ketahanan nasional yang berbasis pada kekuatan rakyat. Melalui pendekatan ekonomi kerakyatan, ia menegaskan bahwa setiap pelaku UMKM adalah prajurit ekonomi yang berperan menjaga kedaulatan bangsa.
Sebagai penegasan moral, Agus menulis bahwa kemandirian pangan sejatinya dimulai dari desa, dari usaha kecil yang tumbuh di tengah masyarakat. Dengan dukungan kebijakan yang tepat dan semangat gotong royong, UMKM akan menjadi penopang utama menuju Indonesia Emas 2045. Taskap ini menjadi pengingat bahwa kekuatan bangsa tidak hanya terletak pada sumber daya alam atau teknologi, tetapi pada keberdayaan manusia yang berjuang di akar ekonomi rakyat.IP/BIA
