Menjaga Kasih dan Tanggung Jawab di Balik Jeruji: Gagasan Ade Agustina tentang Long Distance Parenting Menuju Indonesia Emas 2045

Karya ini menampilkan pandangan empatik bahwa warga binaan perempuan tidak kehilangan perannya sebagai ibu. Mereka tetap memiliki hak untuk berhubungan dengan anak-anaknya dan berpartisipasi dalam proses pengasuhan. Ade menilai bahwa negara perlu menjamin hak ini melalui peraturan dan fasilitas yang memadai di dalam lembaga pemasyarakatan. Dengan demikian, rehabilitasi sosial dapat berjalan seiring dengan pemulihan nilai-nilai keluarga.

Dalam bagian analisisnya, Ade juga menyoroti praktik baik yang telah dilakukan di beberapa lembaga, seperti kolaborasi dengan lembaga psikologi dan organisasi sosial dalam memberikan pelatihan parenting bagi warga binaan. Pendekatan ini menunjukkan hasil yang positif, di mana para ibu yang menjalani hukuman tetap dapat berinteraksi secara emosional dengan anak-anaknya, menjaga harapan, serta menumbuhkan semangat hidup yang lebih baik.

Refleksi dalam Taskap ini memberikan pesan kuat bahwa pembangunan manusia tidak dapat dipisahkan dari pembangunan keluarga. Long Distance Parenting menjadi simbol ketahanan sosial dan spiritual yang berperan penting dalam menjaga generasi muda dari krisis moral. Dalam perspektif kebangsaan, penguatan nilai-nilai keluarga sejalan dengan cita-cita Lemhannas RI dalam membentuk pemimpin bangsa yang berkarakter Pancasila.

Sebagai penutup, Ade menyampaikan bahwa praktik Long Distance Parenting memiliki potensi besar untuk mendukung keberhasilan visi Indonesia Emas 2045. Dengan memperkuat peran keluarga, termasuk keluarga warga binaan, bangsa Indonesia dapat membangun generasi penerus yang tangguh, berdaya saing global, dan berjiwa kebangsaan. Ia berharap karya ini menjadi masukan strategis bagi pemerintah dalam memperkuat sistem pembinaan yang berbasis kemanusiaan dan keadilan sosial.

Karya ilmiah ini menjadi bukti nyata bahwa gagasan strategis dapat lahir dari pengalaman empatik di lapangan. Melalui risetnya, Ade Agustina menunjukkan kepemimpinan yang peka terhadap persoalan sosial dan berorientasi pada masa depan bangsa. Long Distance Parenting bukan sekadar teori pengasuhan, melainkan praktik nyata kasih sayang yang menjaga asa, menumbuhkan harapan, dan mempersiapkan generasi emas Indonesia yang bermartabat.IP/BIA

Scroll to Top