Sebagai peserta Pendidikan Penyiapan dan Pemantapan Pimpinan Nasional (P4N) LXVIII Tahun 2025 di Lemhannas RI, Kolonel Pnb Abram R.A. Tumanduk, S.Sos., M.Han. menulis Kertas Karya Ilmiah Perseorangan (Taskap) berjudul “Pemberdayaan Potensi Antariksa Guna Memperkuat Ketahanan Nasional.” Karya ini menjadi refleksi strategis mengenai urgensi pemanfaatan teknologi antariksa dalam memperkuat ketahanan nasional Indonesia di tengah dinamika global yang semakin kompleks.
Dalam penelitiannya, Kolonel Abram menegaskan bahwa antariksa kini telah menjadi domain strategis baru dalam pertahanan dan keamanan negara. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok telah berinvestasi besar-besaran dalam pengembangan kekuatan antariksa untuk kepentingan militer, komunikasi, hingga pengawasan global. Fenomena ini menandai pergeseran paradigma, di mana penguasaan ruang angkasa bukan lagi sekadar simbol kemajuan teknologi, tetapi menjadi instrumen kedaulatan dan daya tangkal suatu bangsa.
Indonesia, menurut hasil kajian Lemhannas RI tahun 2024, memiliki indeks ketahanan nasional yang tergolong tangguh dengan skor 2,87. Namun di tengah kemajuan dunia, Indonesia menghadapi tantangan baru seperti ancaman siber, militerisasi antariksa, dan ketergantungan terhadap teknologi asing. Dalam konteks inilah, pemberdayaan potensi antariksa menjadi kebutuhan strategis agar ketahanan nasional tidak hanya tangguh di darat, laut, dan udara, tetapi juga di ruang angkasa.
Sejarah menunjukkan bahwa Indonesia bukan pemain baru di bidang keantariksaan. Sejak 1963, Indonesia telah mengembangkan roket Kartika-1 dan mendirikan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Peluncuran satelit Palapa pada 1976 menjadi bukti kemampuan Indonesia dalam membangun sistem komunikasi berbasis satelit. Namun setelah integrasi LAPAN ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dibutuhkan langkah konkret agar riset dan inovasi antariksa tidak kehilangan arah strategisnya.
Kolonel Abram menyoroti letak geografis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa sebagai modal besar dalam pengembangan antariksa. Pulau Biak disebut memiliki potensi strategis sebagai pusat peluncuran satelit karena efisiensi energi dan jalur orbit yang ideal. Jika potensi ini dikembangkan, Indonesia berpeluang menjadi pusat peluncuran satelit komersial di kawasan Asia-Pasifik, sekaligus memperkuat posisi geostrategis nasional di panggung internasional.
