Petani Milenial sebagai Pilar Ketahanan Pangan Nasional

Dalam konteks global, Taskap ini mengaitkan isu ketahanan pangan dengan keamanan nasional. Ketahanan pangan tidak hanya berkaitan dengan ketersediaan bahan makanan, tetapi juga erat hubungannya dengan stabilitas sosial, ekonomi, dan politik suatu negara. Menurut Agustatius Sitepu, ketahanan pangan merupakan bagian dari ketahanan nasional yang menuntut sinergi antara kebijakan pertanian, pembangunan sumber daya manusia, dan penguatan sistem pertahanan non-militer.

Penulis juga menyoroti peran strategis TNI dalam mendukung ketahanan pangan nasional melalui program Teritorial Pembangunan. Inisiatif pembentukan Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan (Yonif TP) dinilai sebagai bentuk inovatif dalam memperkuat ketahanan pangan melalui pemberdayaan masyarakat desa. Dengan dukungan TNI, kegiatan pertanian di wilayah-wilayah rawan pangan diharapkan dapat berjalan lebih efektif, terkoordinasi, dan berorientasi pada kemandirian pangan lokal.

Selain itu, Agustatius Sitepu mengapresiasi kebijakan pemerintah dalam memperkuat regenerasi petani melalui berbagai program seperti Petani Milenial, Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian, serta penyaluran alat dan mesin pertanian (Alsintan) modern. Menurutnya, langkah-langkah ini harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan tepat sasaran agar mampu meningkatkan produktivitas serta menarik minat generasi muda. Ia menegaskan bahwa transformasi pertanian tidak akan berhasil tanpa dukungan nyata dalam bentuk pembiayaan, teknologi, dan perlindungan terhadap lahan pertanian produktif.

Taskap ini juga menyoroti ancaman serius berupa alih fungsi lahan yang terjadi secara masif setiap tahun. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, lahan pertanian beralih fungsi setiap tahun untuk keperluan industri dan perumahan. Kondisi ini mempersempit ruang gerak generasi milenial untuk terjun ke dunia pertanian. Oleh karena itu, penulis menekankan pentingnya perlindungan hukum terhadap lahan pertanian produktif sebagai bagian dari kebijakan strategis ketahanan pangan nasional.

Dalam analisisnya, Agustatius Sitepu menyoroti pentingnya penguasaan teknologi pertanian modern. Penggunaan Internet of Things (IoT), drone pertanian, sistem irigasi pintar, serta platform pemasaran digital menjadi elemen kunci untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing sektor pertanian Indonesia. Petani milenial harus menjadi pionir dalam penerapan teknologi ini agar mampu meningkatkan hasil panen dan memperluas jangkauan pasar hingga ke level internasional.

Selain faktor ekonomi dan teknologi, penulis juga menekankan pentingnya perubahan paradigma sosial terhadap profesi petani. Melalui pendidikan dan kampanye publik, masyarakat perlu memahami bahwa bertani bukan sekadar pekerjaan tradisional, melainkan profesi strategis yang menjamin ketahanan bangsa. Ia menilai bahwa petani milenial harus diposisikan sejajar dengan pelaku ekonomi modern lainnya, karena peran mereka tidak hanya menghasilkan pangan, tetapi juga menjaga stabilitas nasional.

Scroll to Top