Sebagai salah satu peserta Pendidikan Penyiapan dan Pemantapan Pimpinan Nasional (P4N) Angkatan LXVIII Lemhannas RI Tahun 2025, Dr. Agustine Merdekawati, S.H., M.Kn., M.Ikom., M.A.P. telah menyusun Kertas Karya Ilmiah Perseorangan (Taskap) berjudul “Produktivitas Sumber Daya Laut dalam Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan Guna Mendukung Ketahanan Pangan Nasional.” Dalam karya ilmiahnya, beliau mengulas secara komprehensif peran strategis sektor kelautan dan perikanan dalam memperkuat ketahanan pangan serta mengangkat taraf hidup nelayan Indonesia.
Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas wilayah laut mencapai sekitar 6,4 juta km². Potensi ini menempatkan laut sebagai aset ekonomi dan sosial yang luar biasa penting. Namun, sebagaimana diungkapkan Dr. Agustine, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal untuk mendorong kesejahteraan masyarakat pesisir dan nelayan kecil. Padahal, ekonomi biru telah menjadi motor pertumbuhan global yang mampu membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
Dalam Taskap-nya, Dr. Agustine menyoroti fakta bahwa meskipun Indonesia kaya akan sumber daya laut, tingkat kesejahteraan nelayan justru masih rendah. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan sekitar 96% dari 3,2 juta nelayan di Indonesia merupakan nelayan kecil dengan pendapatan yang terbatas. Kondisi sosial ekonomi yang rendah ini mencerminkan belum maksimalnya kebijakan pemerintah dalam mengoptimalkan hasil laut untuk peningkatan taraf hidup mereka.
Lebih lanjut, Dr. Agustine menegaskan bahwa produktivitas sektor kelautan memiliki hubungan langsung dengan ketahanan pangan nasional. Perikanan yang produktif bukan hanya menyediakan sumber protein bagi masyarakat, tetapi juga memperkuat ekonomi lokal dan menurunkan ketergantungan impor pangan. Sayangnya, Indonesia masih tercatat sebagai negara pengimpor ikan, meski memiliki potensi tangkapan lebih dari 9 juta ton per tahun.
Dalam perspektif ketahanan pangan global, Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 113 negara menurut Global Food Security Index (GFSI) 2022. Capaian ini, menurut Dr. Agustine, menjadi sinyal penting bahwa ketahanan pangan belum sepenuhnya kokoh, terutama pada aspek ketersediaan dan keterjangkauan pangan laut. Ia menilai bahwa potensi laut seharusnya menjadi pilar utama dalam memperkuat fondasi pangan nasional.