Selain mengulas teori, Taskap ini juga menyajikan berbagai data empiris yang menunjukkan hubungan erat antara kualitas kepemimpinan dengan pembangunan SDM. Salah satu contohnya adalah perbandingan antara Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan skor kepemimpinan publik di negara-negara ASEAN, di mana Indonesia masih tertinggal dari Vietnam dan Malaysia. Fakta ini menunjukkan perlunya revitalisasi gaya kepemimpinan nasional agar lebih efektif dan berorientasi hasil.
Ade Bachtiar juga menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah, akademisi, dunia usaha, media, dan masyarakat (model pentahelix) dalam mewujudkan ekosistem SDM unggul. Kepemimpinan nasional yang efektif harus mampu mengorkestrasi kolaborasi lintas sektor, memastikan kebijakan saling terintegrasi, dan menghindari pendekatan birokratis yang lamban. Ia berpendapat bahwa pembangunan manusia tidak akan berhasil tanpa koordinasi lintas lembaga dan kesinambungan kebijakan antarperiode pemerintahan.
Taskap ini menegaskan bahwa ketahanan nasional bukan hanya tanggung jawab militer, melainkan hasil dari kekuatan moral, sosial, dan intelektual bangsa. Oleh karena itu, pembangunan SDM unggul menjadi bagian dari strategi pertahanan semesta. Kepemimpinan nasional yang berkarakter dan berwawasan kebangsaan akan mampu membangun kekuatan nasional yang tangguh menghadapi ancaman global.
Dalam pembahasan mengenai kondisi aktual, Ade Bachtiar menilai bahwa pola kepemimpinan nasional di Indonesia masih didominasi oleh pendekatan populis-pragmatis, yang cenderung reaktif terhadap isu jangka pendek. Padahal, Indonesia memerlukan tipe pemimpin yang transformatif dan berpandangan jauh ke depan. Ia menegaskan bahwa tantangan global seperti revolusi industri 5.0 dan pergeseran geopolitik memerlukan pemimpin dengan visi strategis, bukan sekadar retorika politik.
Taskap ini juga menguraikan berbagai contoh kepemimpinan daerah yang inspiratif sebagai cerminan praktik baik. Ia mencontohkan model pemerintahan berbasis data dan partisipatif di Jawa Barat serta inovasi pelayanan publik di Banyuwangi sebagai bukti bahwa kepemimpinan transformatif mampu menciptakan SDM lokal yang kompeten dan berdaya saing. Dari studi tersebut, ia menarik kesimpulan bahwa keberhasilan kepemimpinan terletak pada kemampuan menginspirasi dan memberdayakan masyarakat.
