Peningkatan Ekonomi Hijau sebagai Pilar Ketahanan Nasional

Namun, penulis tidak menutup mata terhadap tantangan implementasi. Masalah seperti keterbatasan anggaran, kesadaran masyarakat yang masih rendah, serta lemahnya koordinasi antar-lembaga menjadi hambatan serius. Dalam analisisnya, Pinsensius menawarkan strategi yang menekankan kolaborasi multipihak, termasuk melalui model Pentahelix yang melibatkan pemerintah, akademisi, dunia usaha, komunitas, dan media.

Strategi lain yang diusulkan adalah optimalisasi instrumen fiskal dan pendanaan hijau. Dengan pembiayaan yang tepat, proyek-proyek energi terbarukan, teknologi ramah lingkungan, hingga infrastruktur hijau dapat lebih cepat terealisasi dan memberi dampak nyata bagi masyarakat.

Dalam perspektif ketahanan nasional, ekonomi hijau diposisikan sebagai instrumen strategis untuk mengurangi kerentanan bangsa terhadap dampak perubahan iklim, fluktuasi energi global, hingga bencana alam. Implementasi yang konsisten akan menjadikan ekonomi Indonesia lebih tangguh, mandiri, dan berdaya saing tinggi.

Taskap ini juga menyiratkan bahwa transisi menuju ekonomi hijau harus dilihat sebagai peluang, bukan beban. Dengan sumber daya alam yang melimpah dan bonus demografi, Indonesia berpotensi menjadi motor penggerak pembangunan hijau di kawasan regional, bahkan global.

Sebagai penutup, Pinsensius menegaskan bahwa peningkatan implementasi ekonomi hijau adalah investasi jangka panjang untuk memastikan keberlanjutan bangsa. Dengan langkah yang terencana dan dukungan dari seluruh elemen bangsa, visi mewujudkan ketahanan ekonomi nasional yang tangguh dan berkelanjutan dapat dicapai.

Karya tulis ini menambah koleksi berharga di Perpustakaan Lemhannas RI. Selain sebagai referensi akademik, tulisan ini diharapkan dapat menginspirasi para pemimpin nasional masa depan untuk terus berinovasi dalam membangun Indonesia yang berdaulat, adil, makmur, dan ramah lingkungan.

Scroll to Top