Taskap ini menegaskan pentingnya strategi penguatan literasi politik yang melibatkan banyak pihak. Pemerintah, lembaga pendidikan, partai politik, media, dan masyarakat sipil perlu bersinergi dalam menciptakan ruang yang inklusif, edukatif, dan partisipatif. Dengan begitu, generasi Z tidak hanya menjadi objek dalam politik, tetapi juga subjek yang aktif mengawal jalannya demokrasi.
Dalam paparannya, Michael Ken Lingga juga menyoroti perlunya pendekatan pendidikan politik yang inovatif. Model pembelajaran inquiry learning atau pembelajaran berbasis penyelidikan dinilai relevan untuk generasi Z. Dengan pendekatan ini, anak muda diajak berpikir kritis, menganalisis isu politik, dan menemukan kesimpulan sendiri berdasarkan data serta pengalaman nyata.
Lebih jauh, strategi penguatan literasi politik harus memanfaatkan kanal digital yang akrab dengan generasi Z. Konten politik edukatif di media sosial, forum diskusi interaktif, serta kampanye literasi berbasis komunitas diyakini dapat meningkatkan pemahaman politik mereka. Upaya ini akan mencegah mereka terjebak dalam arus informasi dangkal yang sering kali bersifat manipulatif.
Konsolidasi demokrasi tidak hanya berarti menjaga stabilitas politik, tetapi juga membangun legitimasi yang kuat melalui partisipasi warga negara yang cerdas. Literasi politik generasi Z menjadi kunci untuk mencapainya. Tanpa pemahaman politik yang memadai, demokrasi akan rentan terhadap krisis legitimasi, rendahnya kepercayaan publik, hingga lemahnya pengawasan terhadap pemerintah.
Taskap ini juga menyampaikan bahwa keberhasilan penguatan literasi politik akan membawa Indonesia naik kelas, dari sekadar demokrasi prosedural menuju demokrasi substantif. Artinya, partisipasi politik tidak lagi sebatas ritual lima tahunan, tetapi benar-benar menjadi wujud keterlibatan rakyat dalam menentukan arah kebijakan dan pembangunan nasional.
Michael Ken Lingga menutup gagasannya dengan optimisme. Ia percaya bahwa jika literasi politik generasi Z diperkuat, maka Indonesia akan memiliki generasi penerus yang mampu menjaga nilai-nilai Pancasila, memelihara persatuan bangsa, sekaligus memperkokoh demokrasi. Generasi Z akan menjadi benteng kokoh dalam menghadapi ancaman internal maupun eksternal terhadap demokrasi.
Taskap ini pada akhirnya tidak hanya menjadi karya akademik, tetapi juga sumbangan pemikiran strategis. Harapannya, gagasan yang disusun dalam “Penguatan Literasi Politik Generasi Z Guna Terwujudnya Konsolidasi Demokrasi” dapat menjadi referensi penting bagi pemerintah, lembaga pendidikan, serta seluruh komponen bangsa dalam mempersiapkan generasi muda untuk masa depan demokrasi Indonesia.