Untuk mendukung akselerasi pembangunan indhan, Andreas merekomendasikan adanya konsolidasi dan penguatan peran holding DEFEND ID sebagai poros utama sinergi BUMN pertahanan. Di sisi lain, alih teknologi dari pembelian alutsista luar negeri harus dikawal dengan serius agar tidak sekadar menjadi formalitas kontraktual, melainkan menjadi sarana nyata penguasaan teknologi strategis.
Taskap ini juga mengkaji rencana pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) dari luar negeri, seperti jet tempur Rafale dari Prancis dan kapal PPA dari Italia. Andreas mengingatkan bahwa pengadaan ini harus disertai skema transfer teknologi dan offset industri yang konkret, agar tidak sekadar menambah ketergantungan, tetapi memperkuat fondasi kemandirian industri pertahanan nasional.
Dalam kerangka geopolitik global, posisi Indonesia yang bebas aktif harus dimanfaatkan sebagai kekuatan negosiasi dan strategi hedging, bukan sekadar sebagai penonton. Penulis menekankan bahwa penempatan posisi strategis Indonesia di tengah kekuatan besar dunia adalah kunci untuk meraih manfaat geopolitik tanpa terjebak dalam konflik kepentingan.
Pentingnya industri pertahanan tidak hanya dilihat dari perspektif kekuatan militer semata, tetapi juga sebagai pendorong ekonomi nasional. Industri pertahanan yang mandiri akan membuka peluang spin-off ke sektor komersial dan sipil, sekaligus memperkuat ekonomi nasional dari sisi teknologi dan inovasi.
Membangun kemandirian indhan, menurut Andreas, harus menjadi proyek nasional yang lintas rezim. Visi Indonesia Emas 2045 tidak akan terwujud tanpa sistem pertahanan yang kuat, dan sistem pertahanan tidak akan kuat tanpa industri pertahanan yang mandiri, terintegrasi, dan berdaya saing tinggi di level global.
Lebih lanjut, Andreas menyoroti perlunya perbaikan dalam perencanaan pengadaan alpalhan yang sering kali tidak adaptif terhadap dinamika ancaman global. Fleksibilitas dalam desain dan spesifikasi teknis harus dimiliki, serta ada investasi berkelanjutan pada rekayasa balik dan purwarupa buatan anak bangsa.
Melalui Taskap ini, Andreas mengajak para pemangku kepentingan untuk tidak menunda pembangunan kemandirian industri pertahanan. Ini bukan sekadar urusan anggaran, tapi juga soal strategi jangka panjang dalam menjaga kedaulatan dan martabat bangsa di tengah arus globalisasi yang kompetitif dan penuh tekanan geopolitik.