Melalui pendekatan analisis SWOT, Hengki mengidentifikasi sejumlah kekuatan dan peluang yang dimiliki Indonesia untuk mendorong percepatan transformasi digital. Namun, ia juga mencatat sejumlah kelemahan dan ancaman, seperti ketimpangan akses teknologi, rendahnya literasi digital, serta tingginya potensi serangan siber dari aktor non-negara maupun negara lain.
Taskap ini juga menekankan bahwa strategi percepatan transformasi digital harus bersifat kolaboratif dan lintas-sektor. Pemerintah, akademisi, pelaku industri teknologi, dan mitra internasional perlu menyatukan visi dan langkah strategis. Investasi dalam talenta digital, riset dan pengembangan, serta kebijakan pengamanan informasi harus menjadi prioritas utama agar sistem pertahanan dapat menjawab tantangan kontemporer.
Dalam konteks strategi global, Hengki mengangkat contoh bagaimana NATO dan negara-negara maju seperti Amerika Serikat telah menjadikan transformasi digital sebagai tulang punggung intelijen dan pertahanan. Dari penggunaan drone otonom hingga digital battlefield management systems, semua diarahkan untuk menciptakan superioritas taktis dan strategis dalam setiap operasi militer.
Dari perspektif regional, Hengki juga melihat pentingnya integrasi sistem digital dalam mendukung kerja sama keamanan lintas negara. Di kawasan Asia Tenggara yang dinamis, transformasi digital dapat meningkatkan kemampuan pengawasan bersama, interoperabilitas alat pertahanan, hingga deteksi dini terhadap ancaman lintas batas seperti terorisme dan kejahatan siber.
Taskap ini tidak hanya berhenti pada tataran analisis, tetapi juga memberikan sejumlah rekomendasi konkret. Di antaranya adalah pembentukan pusat komando pertahanan digital nasional, penyusunan roadmap transformasi digital TNI yang terintegrasi, serta percepatan pembentukan matra siber dalam struktur TNI. Hengki juga mendorong agar sistem pendidikan militer mulai menanamkan pemahaman teknologi digital sejak awal.
Sebagai penutup, Hengki menegaskan bahwa percepatan transformasi digital dalam sistem pertahanan adalah keharusan, bukan pilihan. Dalam era di mana ancaman bisa datang dari satu klik jari di balik layar komputer, pertahanan negara harus bergerak secepat perkembangan teknologi. Taskap ini menjadi sumbangan pemikiran strategis yang relevan dan mendesak, tidak hanya untuk Lemhannas RI, tetapi juga bagi para pemangku kebijakan nasional di bidang pertahanan dan keamanan.