Kertas Karya Ilmiah Perseorangan (Taskap) karya Kolonel Laut (P) Dwi Prasetyo Rahendro Nugroho, S.E., M.Tr.Opsla., peserta Pendidikan Penyiapan dan Pemantapan Pimpinan Nasional (P4N) Angkatan LXVIII Lemhannas RI tahun 2025, mengangkat tema strategis berjudul “Peningkatan Produktivitas Pangan Melalui Integrasi Pertanian dan Perikanan Guna Mendukung Ketahanan Pangan Nasional.” Kajian ini menjadi salah satu gagasan penting dalam menjawab tantangan krusial ketahanan pangan Indonesia di tengah tekanan perubahan iklim, urbanisasi, dan keterbatasan sumber daya alam.
Dalam naskahnya, Dwi Prasetyo menyoroti bahwa ketahanan pangan merupakan aspek fundamental pembangunan nasional yang berkelanjutan. Indonesia sebagai negara berpenduduk lebih dari 270 juta jiwa, menghadapi persoalan kompleks dalam menjaga ketersediaan pangan yang cukup dan bergizi. Di tengah alih fungsi lahan dan stagnasi produktivitas, diperlukan inovasi dalam sistem produksi pangan yang mampu mengoptimalkan efisiensi sumber daya dan menjaga keberlanjutan lingkungan.
Melalui pendekatan Integrated Farming System (IFS) atau sistem pertanian terpadu, Kolonel Dwi mengusulkan sinergi antara sektor pertanian dan perikanan. Integrasi ini diyakini dapat menciptakan hubungan simbiosis yang saling menguntungkan, di mana limbah organik dari perikanan dapat dimanfaatkan untuk pertanian dan sebaliknya. Sistem seperti mina-padi atau akuaponik menjadi contoh nyata dari penerapan konsep ini, yang terbukti meningkatkan hasil produksi dan efisiensi penggunaan lahan.
Dalam konteks ketahanan pangan nasional, integrasi pertanian dan perikanan bukan sekadar strategi produksi, tetapi juga strategi sosial-ekonomi. Melalui diversifikasi hasil pangan, masyarakat tidak hanya memperoleh beras, tetapi juga protein hewani dari ikan. Hal ini berdampak langsung pada perbaikan gizi masyarakat dan peningkatan pendapatan petani. Sebagai contoh, sistem mina-padi di Sleman mampu menggandakan hasil gabah kering giling per seribu meter persegi dibandingkan metode konvensional.
Dwi Prasetyo juga menekankan pentingnya adopsi sistem pertanian dan perikanan yang berorientasi pada keberlanjutan. Pendekatan climate-smart agriculture (pertanian cerdas iklim) diusulkan sebagai solusi adaptif terhadap perubahan iklim yang semakin ekstrem. Dengan mengoptimalkan limbah organik dan penggunaan air, sistem integrasi ini tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga berkontribusi pada mitigasi emisi gas rumah kaca.
