Kertas Karya Ilmiah Perseorangan (Taskap) karya Kolonel Penerbang Antonius Adi Nur W., S.E., M.Han., peserta Pendidikan Penyiapan dan Pemantapan Pimpinan Nasional (P4N) Angkatan LXVIII Lemhannas RI Tahun 2025, mengangkat tema strategis berjudul “Konektivitas Infrastruktur Guna Memperkuat Daya Saing Daerah Dalam Rangka Meningkatkan Ketahanan Nasional.” Karya ini menyoroti pentingnya pembangunan infrastruktur sebagai fondasi ketahanan nasional yang kokoh dan sarana memperkuat daya saing di tengah dinamika global yang kian kompleks.
Dalam pengantarnya, penulis menegaskan bahwa konektivitas infrastruktur merupakan faktor kunci dalam meningkatkan daya saing suatu negara. Di era globalisasi, kemampuan daerah untuk terkoneksi dengan wilayah lain menentukan efektivitas distribusi barang, jasa, dan informasi. Infrastruktur yang andal bukan hanya mempercepat arus ekonomi, tetapi juga memperkuat integrasi nasional melalui pemerataan akses dan kesejahteraan.
Indonesia telah menunjukkan kemajuan besar dalam pembangunan infrastruktur selama satu dekade terakhir. Pemerintah mengalokasikan anggaran lebih dari Rp3.500 triliun sejak 2015 hingga 2024 untuk proyek strategis nasional yang meliputi jalan tol, pelabuhan, bandara, hingga infrastruktur digital. Namun, Antonius menyoroti bahwa pertumbuhan fisik ini belum sepenuhnya diimbangi dengan pemerataan konektivitas antardaerah.
Pembangunan jalan tol sepanjang lebih dari 2.100 kilometer dalam sepuluh tahun terakhir menunjukkan keseriusan pemerintah dalam memperkuat transportasi darat. Di sektor udara, lebih dari 270 bandara baru telah dibangun, dan sektor maritim turut diperkuat dengan pembangunan serta rehabilitasi hampir dua ratus pelabuhan baru. Infrastruktur digital juga tumbuh pesat dengan peningkatan pengguna internet lebih dari tiga kali lipat sejak 2013. Semua ini menandakan kemajuan nyata, namun kesenjangan wilayah masih membayangi.
Antonius menguraikan bahwa ketimpangan konektivitas antara Indonesia bagian barat dan timur masih tinggi. Pulau Jawa, Sumatera, dan Bali menjadi pusat pertumbuhan dengan fasilitas infrastruktur lengkap, sementara kawasan timur seperti Maluku, NTT, dan Papua masih tertinggal. Ketimpangan ini menciptakan perbedaan daya saing antarwilayah yang signifikan dan berpotensi melemahkan integrasi ekonomi nasional.