Laksamana Pertama TNI Tony Herdijanto, S.E., M.Sc., yang merupakan peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXVII Lemhannas RI tahun 2024, berhasil menyusun Kertas Karya Ilmiah Perseorangan (Taskap) berjudul “Optimalisasi Transformasi Digital dalam Mengantisipasi Spektrum Ancaman Masa Depan Guna Memperkokoh Ketahanan Nasional”. Karya ini menyoroti urgensi transformasi digital sebagai salah satu pilar penting dalam memperkuat pertahanan dan ketahanan nasional Indonesia menghadapi dinamika ancaman global yang semakin kompleks.
Dalam paparan awal, penulis menjelaskan bahwa percepatan perkembangan teknologi membawa konsekuensi strategis yang tidak hanya berdampak pada sektor sipil, tetapi juga langsung memengaruhi aspek pertahanan dan keamanan negara. Era digital yang ditandai dengan kemunculan artificial intelligence, big data, hingga Internet of Things, telah mengubah lanskap ancaman yang dihadapi bangsa. Kondisi ini menuntut kesiapan Indonesia untuk beradaptasi dengan transformasi digital di bidang pertahanan.
Spektrum ancaman masa depan yang diidentifikasi tidak lagi terbatas pada invasi konvensional atau konflik bersenjata, melainkan juga serangan siber, disinformasi, hingga bentuk ancaman hibrida. Penulis menegaskan bahwa jika Indonesia tidak segera mengoptimalkan transformasi digital, maka ketahanan nasional akan menghadapi tantangan serius. Dalam konteks inilah, strategi digitalisasi harus ditempatkan sebagai prioritas kebijakan pertahanan.
Taskap ini menguraikan berbagai faktor yang memengaruhi optimalisasi transformasi digital. Infrastruktur teknologi yang belum merata, keterbatasan anggaran, hingga ketergantungan pada teknologi asing menjadi kelemahan yang harus segera diatasi. Namun di sisi lain, peluang besar juga terbuka dengan adanya kerja sama internasional, perkembangan industri pertahanan nasional, dan komitmen pemerintah terhadap transformasi digital.
Analisis SWOT yang dilakukan penulis memperlihatkan bagaimana kekuatan dan peluang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahan dan ancaman. Misalnya, peningkatan investasi pertahanan dapat diarahkan pada pembangunan pusat komando siber, penguatan interoperabilitas sistem, dan pengembangan alutsista berbasis teknologi informasi. Hal ini dapat memperkuat daya tangkal Indonesia dalam menghadapi spektrum ancaman digital.