Marsekal Pertama TNI Tjahja Elang Migdiawan, S.T., M.M., peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXVII Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Tahun 2024, berhasil menyelesaikan Kertas Karya Ilmiah Perseorangan (Taskap) berjudul “Penguatan Logistik Nasional Berbasis Digital Guna Mendukung Ketahanan Ekonomi Nasional”. Dalam karya ilmiahnya, Tjahja menyoroti pentingnya transformasi logistik yang terintegrasi dan berbasis teknologi sebagai salah satu pilar strategis penguatan ketahanan ekonomi nasional.
Dalam pengantarnya, Tjahja menekankan bahwa globalisasi dan revolusi digital telah menjadi faktor tak terpisahkan dalam proses logistik dunia. Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar dengan posisi strategis di jalur perdagangan internasional, memiliki peluang besar untuk memperkuat ketahanan ekonominya melalui digitalisasi sistem logistik yang efisien, adaptif, dan tangguh terhadap disrupsi global.
Taskap ini menyoroti bahwa logistik berbasis digital bukan hanya soal kecepatan dan efisiensi, tetapi juga tentang kemandirian dan kedaulatan ekonomi nasional. Dengan 90 persen perdagangan dunia melalui jalur laut dan 40 persen di antaranya melewati perairan Indonesia, penguatan logistik digital menjadi keharusan agar Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara tetangga yang telah melesat dalam indeks kinerja logistik.
Tjahja menguraikan berbagai kebijakan pemerintah, seperti Indonesia National Single Window (INSW), Inaportnet, dan Program Tol Laut, yang sudah berjalan namun masih menghadapi kendala dalam integrasi dan implementasi di lapangan. Meski biaya logistik nasional turun signifikan dari 23,8 persen PDB pada 2018 menjadi 14,29 persen PDB pada 2023, peringkat Indonesia dalam Logistics Performance Index masih tertinggal dibandingkan Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Dalam analisisnya, Tjahja mengidentifikasi sejumlah tantangan besar, termasuk keterbatasan infrastruktur transportasi, ketimpangan konektivitas antarwilayah, keamanan siber, dan keterlambatan digitalisasi proses logistik di berbagai sektor. Serangan siber terhadap platform digital pemerintah maupun swasta menjadi ancaman serius yang dapat mengganggu rantai pasok nasional.
Selain itu, Tjahja juga menekankan pentingnya kualitas sumber daya manusia. Menurutnya, penguatan logistik digital tidak akan berhasil tanpa peningkatan kapasitas tenaga kerja yang memahami teknologi informasi, manajemen logistik modern, dan keamanan data. Ia mendorong program pelatihan terpadu dan sinergi antara pemerintah, BUMN, dan swasta untuk memperkuat kompetensi SDM.