Pemanfaatan Sumber Daya Laut sebagai Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting

Sebagai salah satu peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXVII Lemhannas RI, Steaven Pieterson Dandel, Kepala Dinas Kesehatan Kota Manado, menuntaskan Kertas Karya Ilmiah Perseorangan (Taskap) dengan judul “Optimalisasi Pencegahan Stunting melalui Pemanfaatan Sumber Daya Laut di Indonesia Guna Meningkatkan Ketahanan Nasional”. Gagasan ini lahir dari keprihatinan mendalam terhadap masih tingginya angka stunting di Indonesia serta besarnya potensi sumber daya laut yang belum dimanfaatkan optimal untuk perbaikan gizi nasional.

Dalam tulisannya, Steaven memaparkan bahwa sumber daya manusia merupakan kunci keberhasilan pembangunan nasional, bukan hanya dari segi jumlah tetapi juga kualitas. Indonesia yang tengah menikmati bonus demografi akan menghadapi risiko kehilangan potensi ekonomi jika masalah stunting tidak segera diatasi. Ia menyoroti data prevalensi stunting tahun 2023 yang masih mencapai 21,5%, jauh di atas target pemerintah sebesar 14% pada tahun 2024. Jika tidak ditangani, kerugian ekonomi akibat stunting diperkirakan mencapai puluhan triliun rupiah setiap tahunnya.

Steaven menekankan bahwa asupan gizi merupakan faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Ketika asupan gizi tidak memadai pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan, anak berisiko mengalami gangguan pertumbuhan, baik secara fisik maupun kognitif. Hal ini akan berdampak pada rendahnya produktivitas di masa depan, yang pada akhirnya melemahkan ketahanan nasional. Oleh sebab itu, ia melihat perlunya pendekatan strategis yang memanfaatkan potensi sumber daya lokal untuk meningkatkan ketersediaan pangan bergizi.

Indonesia sebagai negara maritim memiliki keunggulan besar di bidang perikanan. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan bahwa produksi perikanan nasional pada tahun 2023 mencapai 24,7 juta ton dengan nilai ekonomi sebesar Rp463 triliun. Meski demikian, tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia masih belum maksimal, terutama jika dibandingkan dengan negara lain seperti Jepang dan Korea Selatan yang memiliki angka stunting rendah berkat pola konsumsi hasil laut yang tinggi.

Dalam Taskap-nya, Steaven menjabarkan kerangka teoretis terkait stunting, mulai dari patofisiologi, determinan gizi, hingga teori kognitif sosial untuk mengubah perilaku konsumsi masyarakat. Ia menekankan bahwa masalah gizi tidak hanya terkait ketersediaan pangan, tetapi juga budaya, kebiasaan makan, dan tingkat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya konsumsi ikan. Karena itu, perlu ada kampanye perubahan perilaku yang terintegrasi untuk mendorong masyarakat mengonsumsi protein hewani dari laut secara rutin.

Scroll to Top