Kolonel Cba (K) Silvi Mirna, S.Pt., M.M., peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXVII Lemhannas RI Tahun 2024, telah berhasil menyusun Kertas Karya Ilmiah Perseorangan (Taskap) berjudul “Penguatan Kualitas Bonus Demografi Melalui Pembangunan Talenta Digital Guna Meningkatkan Daya Saing Bangsa.” Karya tulis ini mengupas peluang besar Indonesia dalam mengelola bonus demografi, sekaligus menegaskan pentingnya pengembangan sumber daya manusia berbasis digital sebagai kunci kemajuan bangsa.
Dalam Taskap tersebut, Silvi Mirna menekankan bahwa Indonesia tengah memasuki periode emas demografi yang akan mencapai puncaknya antara tahun 2030 hingga 2040. Pada masa itu, jumlah penduduk usia produktif akan mendominasi struktur populasi. Kondisi ini, bila dimanfaatkan secara tepat, dapat menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.
Namun, bonus demografi tidak akan otomatis membawa keuntungan. Tantangan besar mengintai apabila negara gagal menyiapkan SDM yang kompetitif. Menurut Silvi, rendahnya literasi digital, keterampilan teknologi yang belum merata, serta ketidakselarasan pendidikan dengan kebutuhan industri menjadi hambatan serius yang harus segera diatasi.
Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat, penguasaan keterampilan digital menjadi kebutuhan mendesak. Taskap ini menyoroti bahwa bangsa yang mampu mengelola talenta digital akan lebih siap menghadapi persaingan global. Indonesia harus menjadikan teknologi digital bukan hanya sebagai alat, tetapi juga sebagai fondasi pembangunan nasional.
Taskap ini juga memaparkan analisis mendalam menggunakan metode SWOT, yang mengidentifikasi kekuatan Indonesia berupa potensi generasi muda yang besar. Di sisi lain, kelemahan yang dihadapi adalah masih terbatasnya keterampilan digital. Sementara peluang hadir melalui percepatan transformasi digital global, ancaman yang harus diwaspadai adalah meningkatnya ketimpangan dan risiko ekonomi apabila bonus demografi tidak terkelola.
Silvi menegaskan bahwa pemerintah memiliki peran penting dalam memperluas akses pendidikan digital, memperbaiki kurikulum agar lebih relevan, serta memperkuat kerja sama dengan industri. Kolaborasi lintas sektor diyakini dapat melahirkan ekosistem pengembangan talenta digital yang lebih adaptif terhadap kebutuhan pasar kerja.
Selain itu, penelitian ini menekankan pentingnya pemerataan infrastruktur teknologi. Masih adanya desa-desa tanpa akses internet menjadi tantangan nyata. Pemerataan konektivitas akan membuka kesempatan bagi masyarakat di daerah untuk mengembangkan keterampilan digital dan ikut serta dalam ekonomi digital nasional.