Percepatan Transformasi Digital di Bidang Pendidikan Menuju Indonesia Emas 2045

Kolonel Laut (P) Ronald Rarun, M.Tr.Opsla., peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXVII Lemhannas RI Tahun 2024, berhasil menyusun Kertas Karya Ilmiah Perseorangan (Taskap) dengan judul “Percepatan Transformasi Digital di Bidang Pendidikan Guna Mewujudkan Indonesia Emas Tahun 2045”. Karya ini menyoroti urgensi transformasi digital sebagai salah satu kunci strategis dalam memperkuat kualitas pendidikan nasional demi menyongsong Indonesia Emas 2045.

Dalam Taskap tersebut, Ronald Rarun menegaskan bahwa percepatan transformasi digital bukan hanya tuntutan teknologi, melainkan kebutuhan mendesak untuk menjawab tantangan global. Pendidikan digital diyakini mampu membuka akses lebih luas, meningkatkan kualitas pembelajaran, dan memastikan generasi muda Indonesia siap bersaing di era Revolusi Industri 4.0.

Latar belakang penelitian ini mencermati kondisi nyata di lapangan, seperti keterbatasan infrastruktur teknologi, rendahnya pemerataan akses internet, hingga masih terbatasnya literasi digital di kalangan guru maupun peserta didik. Kondisi tersebut dinilai menjadi hambatan signifikan dalam upaya mencetak sumber daya manusia unggul yang menjadi fondasi Indonesia Emas 2045.

Dalam perumusan masalah, Ronald Rarun mengajukan pertanyaan kunci: mengapa percepatan transformasi digital di bidang pendidikan penting, bagaimana upaya pemerintah dalam melaksanakan kebijakan tersebut, serta strategi apa yang dapat merevitalisasi agenda transformasi digital agar lebih optimal. Ketiga aspek ini menjadi benang merah pembahasan yang sistematis dalam Taskap.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan komprehensif, integral, dan holistik. Pendekatan tersebut memandang transformasi digital pendidikan tidak hanya dari sisi teknis, tetapi juga sosial, budaya, ekonomi, serta kebijakan nasional. Dengan demikian, strategi yang ditawarkan mencakup solusi menyeluruh dan berkelanjutan.

Salah satu temuan penting adalah adanya ketimpangan akses teknologi pendidikan, terutama di wilayah terpencil. Data menunjukkan banyak sekolah yang masih kekurangan fasilitas digital, sementara absensi guru serta keterbatasan sumber belajar juga memperburuk kualitas pembelajaran. Transformasi digital diyakini dapat menjadi solusi untuk pemerataan mutu pendidikan di seluruh pelosok negeri.

Scroll to Top