Optimalisasi transformasi digital dalam sektor pertanian menjadi sorotan utama dalam Kertas Karya Ilmiah Perseorangan (Taskap) karya Kombes Pol. Hady Poerwanto, S.IK, MH., peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXVII Tahun 2024 di Lemhannas RI. Dengan mengangkat judul “Optimalisasi Transformasi Digital di Sektor Pertanian Guna Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional,” penulis menggambarkan urgensi modernisasi pertanian sebagai solusi strategis untuk menjawab tantangan ketersediaan pangan yang semakin kompleks di Indonesia.
Latar belakang kajian ini mencerminkan fakta bahwa Indonesia, meski dikenal sebagai negara agraris, masih menghadapi sejumlah tantangan dalam memastikan ketahanan pangan. Hal ini tercermin dari data Indeks Ketahanan Pangan yang masih di bawah rata-rata global, keterbatasan lahan produktif akibat alih fungsi, hingga belum meratanya penerapan teknologi digital oleh para petani. Semua ini menuntut langkah konkret dan sistematis untuk melakukan transformasi menyeluruh di sektor pertanian.
Transformasi digital sektor pertanian yang dimaksud mencakup pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mulai dari proses produksi, pengolahan, hingga distribusi hasil tani. Konsep pertanian 4.0 yang mengusung integrasi teknologi seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan, dan data analytics menjadi jawaban atas tuntutan efisiensi dan produktivitas lahan yang semakin tinggi.
Taskap ini menyoroti keberhasilan penerapan pertanian presisi di Desa Selawi, Sukabumi, sebagai salah satu bukti konkrit manfaat digitalisasi pertanian. Melalui bantuan sensor cuaca dan tanah, para petani di desa tersebut mampu meningkatkan hasil panen hingga 30 persen. Ini menunjukkan bahwa ketika teknologi bersinergi dengan kearifan lokal, hasilnya bisa menjadi signifikan dan berdampak langsung pada kesejahteraan petani.
Namun demikian, penulis juga menggarisbawahi bahwa transformasi digital di sektor pertanian Indonesia belum merata. Hambatan yang dihadapi antara lain minimnya infrastruktur pendukung, kurangnya literasi digital di kalangan petani, dan belum sinergisnya kebijakan lintas sektor. Hal ini menjadi alasan kuat mengapa dibutuhkan strategi optimalisasi yang terarah dan komprehensif.
Dalam naskahnya, Kombes Pol. Hady Poerwanto menawarkan pendekatan strategis berbasis analisis PESTLE dan teori manajemen strategik. Pendekatan ini mencakup perumusan kebijakan, pemetaan kebutuhan teknologi, pelatihan digitalisasi bagi petani, dan integrasi antara sektor publik dan swasta dalam pengembangan sistem pertanian berbasis data.