Transformasi digital di era global saat ini menjadi kebutuhan mendesak yang tidak terelakkan, termasuk dalam bidang pertahanan dan keamanan negara. Dalam Kertas Karya Ilmiah Perseorangan (Taskap) yang disusun oleh Laksamana Pertama TNI Endra Hartono, S.H., M.Han., peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXVII Lemhannas RI Tahun 2024, isu strategis mengenai “Optimalisasi Transformasi Digital dalam Pengendalian Operasi TNI Guna Menjaga Kedaulatan NKRI” dikaji secara mendalam dan menyeluruh. Taskap ini bukan hanya menjadi kontribusi pemikiran akademik, tetapi juga cerminan kesiapan TNI dalam menjawab tantangan teknologi masa kini.
Dalam paparannya, Endra Hartono menekankan bahwa kedaulatan negara tidak hanya berada pada ranah fisik, tetapi kini telah meluas hingga ke domain digital. Seiring meningkatnya ketergantungan pada teknologi informasi, kebutuhan akan sistem pengendalian operasi yang berbasis digital menjadi sangat penting untuk memastikan pertahanan negara dapat berjalan optimal. Dengan semakin kompleksnya ancaman yang dihadapi oleh bangsa ini, termasuk ancaman siber dan perang informasi, maka transformasi digital di tubuh TNI bukanlah pilihan, melainkan keniscayaan.
Analisis dalam Taskap ini menunjukkan bahwa implementasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pengendalian operasi TNI saat ini masih menghadapi sejumlah tantangan signifikan. Mulai dari keterbatasan sumber daya manusia yang kompeten, infrastruktur yang belum merata, hingga sistem yang belum sepenuhnya terintegrasi. Ketiga aspek utama ini: SDM, kesisteman, serta sarana dan prasarana, menjadi faktor penghambat utama dalam mengoptimalkan transformasi digital di lingkungan militer.
Namun demikian, Taskap ini juga menyajikan peluang besar yang bisa dimanfaatkan untuk mendorong percepatan digitalisasi. Peningkatan penetrasi internet di Indonesia yang telah mencapai 79,5%, kemajuan teknologi seperti AI dan IoT, serta dukungan kebijakan pemerintah melalui visi Indonesia Digital 2045 menjadi pijakan strategis untuk transformasi pertahanan yang lebih modern dan adaptif. Penulis meyakini bahwa dengan pendekatan yang tepat, TNI dapat memanfaatkan perkembangan ini untuk meningkatkan efektivitas pengendalian operasi dan menjaga kedaulatan secara lebih komprehensif.
Dalam kerangka teori yang digunakan, Endra Hartono mengadopsi model People, Process, and Technology (PPT), serta analisis PESTLE yang menelaah faktor politik, ekonomi, sosial, teknologi, hukum, dan lingkungan. Melalui teori ini, strategi optimalisasi dapat diarahkan untuk menyusun langkah konkret dalam integrasi sistem digital TNI, pengembangan kapasitas SDM, serta pembangunan sistem yang interoperable antar matra.
Salah satu rekomendasi kuat dari Taskap ini adalah perlunya TNI membangun ekosistem digital militer yang aman dan adaptif. Hal ini mencakup penguatan keamanan siber, peningkatan kerjasama antar lembaga, serta pembentukan satuan tugas khusus digital. Selain itu, perlu dilakukan integrasi sistem informasi operasi dengan jaringan komando dan kontrol yang saling terhubung antar kesatuan.
Tidak kalah penting, Endra Hartono juga mengusulkan penguatan lembaga riset dan pengembangan di sektor pertahanan digital. Melalui riset yang berkelanjutan, TNI dapat terus memperbarui teknologi dan sistem operasionalnya agar selalu relevan dengan dinamika ancaman dan perubahan zaman. Kolaborasi dengan industri pertahanan dan universitas juga perlu diperkuat untuk menciptakan inovasi yang sesuai dengan kebutuhan militer Indonesia.