Kolonel Pnb Henri Ahmad Badawi, S.M., M.M., M.Han., peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXVII Lemhannas RI, menghadirkan gagasan strategis melalui Kertas Karya Ilmiah Perseorangan (Taskap) berjudul Optimalisasi Teknologi Pertanian Berbasis Transformasi Digital Guna Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Karya ini tidak hanya menjawab tantangan mendesak sektor pertanian, namun juga memetakan solusi konkret dengan pendekatan digital guna menjamin masa depan pangan Indonesia.
Dalam paparannya, Henri menyoroti pentingnya sektor pertanian sebagai pilar utama ketahanan nasional. Meski memiliki peran vital dalam menyediakan pangan dan menyerap tenaga kerja, sektor ini masih menghadapi stagnasi produktivitas dan rendahnya efisiensi. Salah satu akar persoalannya adalah minimnya penerapan teknologi modern dalam proses pertanian, terutama yang berbasis digital.
Transformasi digital, menurut Henri, bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan. Dengan pendekatan berbasis teknologi seperti Internet of Things (IoT), drone, dan sistem pemantauan berbasis data, petani dapat meningkatkan hasil produksi secara signifikan. Sayangnya, pemanfaatan teknologi ini belum merata dan masih didominasi oleh berbagai hambatan struktural seperti akses internet, infrastruktur pendukung, serta rendahnya literasi digital di kalangan petani.
Taskap ini menyajikan data mencemaskan: lebih dari separuh petani Indonesia belum menggunakan alat dan mesin pertanian modern. Fenomena “aging farmer” juga memperburuk kondisi—mayoritas petani saat ini berusia di atas 55 tahun, dengan semakin minimnya regenerasi petani muda. Kesenjangan digital, baik dari sisi infrastruktur maupun sumber daya manusia, menjadi faktor penghambat utama akselerasi transformasi ini.
Namun Henri tidak berhenti pada pemetaan masalah. Ia juga menyusun strategi berbasis pendekatan pentahelix yang melibatkan lima elemen: pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas, dan media. Kolaborasi antarelemen ini diyakini dapat menciptakan ekosistem pertanian digital yang lebih inklusif dan adaptif terhadap dinamika global.
Penulis juga menekankan urgensi reformasi kebijakan dan regulasi yang mendukung percepatan digitalisasi sektor pertanian. Selain itu, ia mendorong optimalisasi program penyuluhan berbasis teknologi dan insentif bagi petani muda untuk masuk dalam ekosistem pertanian digital. Pemerintah daerah juga disarankan untuk mempercepat integrasi data dan sistem monitoring lahan secara digital guna mengantisipasi ancaman krisis pangan.