Dalam pembahasan selanjutnya, penulis menyoroti kesenjangan antara potensi dan realisasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Walaupun terdapat proyek-proyek besar PLTS terapung dan PLTS skala industri, distribusinya masih berfokus di pusat pertumbuhan, bukan di daerah terpencil yang justru memiliki urgensi lebih tinggi terkait akses energi.
Lebih jauh, Taskap ini menampilkan data mengenai daerah-daerah yang belum teraliri listrik dan desa tertinggal yang jumlahnya masih mencapai puluhan ribu. Fenomena ini menunjukkan pentingnya pendekatan berbasis energi terbarukan untuk mempercepat pemerataan akses listrik secara efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
Penulis memberikan penekanan pada manfaat sosial yang muncul dari penyediaan listrik berbasis energi terbarukan. Dari peningkatan kualitas pendidikan melalui akses cahaya pada malam hari, meningkatnya pelayanan kesehatan, hingga peningkatan produktivitas masyarakat—listrik terbukti menjadi katalisator pembangunan.
Di tingkat ekonomi, pemanfaatan PLTS di daerah terpencil memberikan peluang pengembangan usaha lokal. Mulai dari usaha kecil seperti pengolahan hasil pertanian hingga aktivitas industri rumah tangga, semua memerlukan energi yang stabil dan terjangkau. PLTS memungkinkan masyarakat pedesaan maupun pesisir mengurangi biaya operasional sekaligus membuka lapangan pekerjaan.
Dalam dimensi ekologis, penggunaan energi surya membantu menekan ketergantungan pada bahan bakar fosil yang selama ini menyebabkan emisi gas rumah kaca. Dengan demikian, strategi ini sejalan dengan target nasional zero emission 2060, serta mendukung agenda pembangunan berkelanjutan.
Taskap ini turut membahas tantangan teknis dan non-teknis dalam pemanfaatan PLTS, seperti biaya pembangunan, perawatan sistem, dan keterbatasan infrastruktur pendukung. Kombes Pol. Leo Joko Triwibowo menilai bahwa hambatan tersebut dapat diminimalisir melalui harmonisasi kebijakan, peningkatan kapasitas SDM lokal, serta kolaborasi lintas sektor.
Melalui analisis SWOT, penulis mengidentifikasi kekuatan Indonesia berupa potensi energi melimpah dan dukungan regulasi yang kuat. Namun kelemahan seperti ketergantungan teknologi impor, keterbatasan pendanaan, dan disparitas infrastruktur menjadi faktor signifikan yang harus diatasi melalui perumusan strategi yang tepat.
