Dari perspektif teori ekonomi, Taskap ini memadukan pendekatan nilai tambah, keunggulan komparatif, dan resiliensi ekonomi. Monang menjelaskan bahwa hilirisasi merupakan bentuk transformasi yang memungkinkan Indonesia keluar dari ketergantungan pada komoditas mentah dan meningkatkan posisi dalam rantai nilai global. Keunggulan komparatif Indonesia dalam produksi sawit, misalnya, dapat berkembang menjadi keunggulan kompetitif jika ditopang industri hilir yang kuat.
Taskap juga menelaah dinamika regulasi yang mempengaruhi keberhasilan hilirisasi. Penulis menyoroti berbagai payung hukum seperti UU Perkebunan, UU Cipta Kerja, serta regulasi turunan tentang sertifikasi dan fasilitas fiskal. Kebijakan-kebijakan ini menjadi fondasi penting dalam menciptakan ekosistem kondusif bagi percepatan hilirisasi sektor pertanian.
Dalam penyajian data dan fakta, Taskap memaparkan bagaimana pertanian menyumbang 12,97% PDB pada 2024 serta menyerap hampir sepertiga tenaga kerja nasional. Namun, produktivitas dan efisiensi masih menghadapi berbagai tantangan seperti ketimpangan infrastruktur, keterbatasan teknologi, dan kurang optimalnya pengolahan pasca-panen. Karena itu, hilirisasi diposisikan sebagai solusi jangka panjang untuk meningkatkan kinerja sektor ini.
Selain memotret kekuatan dan peluang, Taskap juga menguraikan kelemahan dan ancaman yang perlu diantisipasi. Di antaranya adalah ketergantungan pasar ekspor pada beberapa negara, isu lingkungan terkait perkebunan sawit, serta kompetisi global yang semakin ketat. Penulis menekankan bahwa hilirisasi harus dilaksanakan secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan agar tidak menimbulkan masalah baru.
Kondisi lingkungan strategis global juga menjadi perhatian utama dalam kajian ini. Perubahan iklim, fluktuasi geopolitik, dan perkembangan teknologi industri 4.0 menjadi variabel penting yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan hilirisasi. Dengan memanfaatkan teknologi digital, otomatisasi, dan inovasi rantai pasok, Indonesia dapat memperkuat daya saing agroindustri secara signifikan.
Dalam pembahasannya, Taskap mengungkap bahwa keberhasilan hilirisasi bergantung pada kolaborasi multipihak. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, industri, petani, hingga lembaga penelitian harus terlibat dalam membangun ekosistem hilir yang terpadu. Akses pembiayaan, teknologi pengolahan, standar kualitas, dan integrasi petani ke dalam rantai nilai menjadi elemen kunci.
