Memperkuat Ketahanan Siber Nasional untuk Indonesia Emas 2045

Kolonel Mar Indrayanto menegaskan bahwa tantangan terbesar bukan hanya pada aspek teknologi, tetapi juga pada rendahnya literasi digital masyarakat serta lemahnya integrasi sistem keamanan antar lembaga penegak hukum dan instansi strategis seperti BNPT, BSSN, Polri, TNI, dan Kominfo. Kondisi ini membuat penanganan ancaman siber sering bersifat reaktif dan belum terstruktur secara nasional.

Ancaman cyber terrorism juga berkaitan erat dengan isu radikalisasi digital yang menyasar generasi muda melalui konten media sosial, yang menurut data BNPT telah mencapai ratusan ribu konten radikal yang harus diblokir dalam beberapa tahun terakhir. Jika tidak dikendalikan, radikalisasi digital dapat menghambat bonus demografi dan memperlemah pondasi SDM unggul yang menjadi syarat keberhasilan visi Indonesia 2045.

Dalam konteks global, Kolonel Mar Indrayanto menyampaikan perlunya Indonesia belajar dari model pertahanan siber negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Singapura, dan Australia yang telah mengintegrasikan intelijen, teknologi AI, dan kerja sama internasional dalam menghadapi ancaman cyber terrorism secara kolektif dan sistematis.

Dinamika ancaman siber semakin kompleks karena bersifat lintas negara dan tidak mengenal batas teritorial. Hal ini menuntut Indonesia memperkuat peran diplomasi pertahanan digital sebagai instrumen strategis dalam kolaborasi regional dan global untuk pertukaran data intelijen, latihan teknis, dan penyelarasan standar keamanan siber internasional.

Pada tingkat regional, kawasan ASEAN masih menghadapi kelemahan dalam mitigasi ancaman siber karena perbedaan regulasi, keterbatasan teknologi, dan sensitivitas politik. Oleh karena itu, dibutuhkan komitmen untuk memperkuat platform seperti ASEAN Cybersecurity Cooperation dan ASEAN-Singapore Cyber Security Centre of Excellence.

Langkah strategis yang ditawarkan dalam Taskap ini menaruh penekanan pada sinergi komprehensif berbasis pendekatan Hexa-Helix, yaitu melalui kolaborasi pemerintah, akademisi, industri, masyarakat sipil, sektor lingkungan, dan teknologi digital. Pendekatan ini mampu memperkuat inovasi pertahanan siber nasional melalui integrasi keahlian multi-sektoral.

Seluruh gagasan tersebut bermuara pada tujuan utama mewujudkan ketahanan nasional yang tangguh dalam menghadapi ancaman terorisme siber demi stabilitas pembangunan nasional. Ketahanan nasional yang kokoh menjadi syarat mutlak bagi keberhasilan transformasi menuju Indonesia Emas 2045 yang maju, berdaulat, dan berdaya saing tinggi.

Scroll to Top