Strategi Menahan Laju Brain Drain Menuju Ketahanan Nasional

Salah satu temuan penting dalam kajian ini adalah perlunya ekosistem retensi talenta yang mampu menjawab kebutuhan profesional muda Indonesia. Faktor seperti kompensasi yang layak, kesempatan karier yang jelas, fasilitas riset yang memadai, serta lingkungan kerja yang meritokratis berkontribusi besar terhadap keputusan talenta untuk tetap bekerja di dalam negeri. Tanpa perbaikan sistemik pada aspek ini, fenomena brain drain akan sulit dikendalikan.

Melalui pemetaan masalah dari perspektif ketahanan nasional, Heru menjelaskan bahwa brain drain dapat melemahkan struktur vital negara pada banyak sektor. SDM unggul yang berperan sebagai penggerak inovasi dan pembangunan meninggalkan Indonesia, sehingga memperlambat kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, serta daya saing industri dalam negeri. Dampak sosial seperti erosi patriotisme dan hilangnya figur teladan profesional juga menjadi catatan penting.

Taskap ini juga menguraikan strategi pemerintah yang harus bersifat holistik, dari peningkatan kualitas lapangan kerja hingga penyederhanaan birokrasi ketenagakerjaan. Peningkatan investasi riset, pemberian insentif inovasi, pembenahan sistem beasiswa strategis, serta program pemulangan diaspora menjadi komponen yang turut disebutkan sebagai langkah penting untuk menekan fenomena brain drain dan mendorong brain gain.

Untuk memperkuat analisis strategisnya, Heru menggunakan pendekatan SOAR (Strengths, Opportunities, Aspirations, Results) yang dianggap lebih progresif daripada analisis berbasis masalah. Melalui SOAR, Taskap ini memetakan kekuatan industri dan pendidikan di Indonesia, peluang yang tersedia melalui kemajuan teknologi dan dukungan kebijakan pemerintah, aspirasi membangun ekosistem inovasi nasional, serta hasil berupa peningkatan kualitas lulusan dan daya saing industri.

Hasil analisis SOAR tersebut menunjukkan perlunya penguatan kerja sama struktural antara kampus dan industri melalui kemitraan jangka panjang. Hal ini mencakup penyusunan kurikulum berbasis kebutuhan pasar, pembentukan laboratorium bersama untuk riset terapan, hingga penyelenggaraan job fair dan program perekrutan langsung bagi lulusan baru. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan relevansi pendidikan, tetapi juga memperluas peluang karier berkualitas di dalam negeri.

Heru menegaskan bahwa strategi link and match perlu diperluas menjadi pendekatan yang proaktif dan prediktif. Tidak sekadar menyesuaikan pendidikan dengan kebutuhan industri saat ini, tetapi mengantisipasi tren pekerjaan masa depan, menguatkan kemampuan riset nasional, serta mendorong inovasi di berbagai sektor agar Indonesia tidak tertinggal dalam kompetisi global.

Scroll to Top