Taskap ini juga menguraikan bagaimana pemerintah pusat dan daerah telah berupaya melakukan intervensi melalui berbagai program. Di antaranya adalah edukasi gizi bagi ibu hamil dan balita, pembentukan kelompok belajar masyarakat, hingga pemberian makanan tambahan di posyandu. Beberapa daerah bahkan mulai memanfaatkan teknologi digital, seperti aplikasi Si Centing di Kota Malang dan platform Siber Stunting di Kabupaten Wonogiri yang berfungsi sebagai sarana deteksi dini dan edukasi publik.
Namun demikian, Gani Fernando menilai bahwa implementasi di lapangan masih menghadapi tantangan, seperti kurangnya integrasi data, keterbatasan tenaga penyuluh, serta rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi seimbang. Di sisi lain, masih terdapat disparitas prevalensi stunting antara wilayah perkotaan dan pedesaan, yang memperlihatkan adanya kesenjangan dalam pemerataan pembangunan kesehatan.
Melalui pendekatan teori human capital dan human development, penulis menggarisbawahi pentingnya investasi jangka panjang pada manusia. Pembangunan SDM bukan hanya tentang pendidikan formal, tetapi dimulai dari pemenuhan hak dasar anak untuk tumbuh sehat dan mendapatkan asupan gizi yang cukup. Investasi kesehatan anak, menurutnya, merupakan investasi produktivitas bangsa di masa depan.
Penulis juga menekankan relevansi teori pentahelix dalam memperkuat sinergi lintas sektor. Pemerintah, akademisi, dunia usaha, media, dan masyarakat sipil harus terlibat aktif dalam pencegahan stunting. Kolaborasi ini diperlukan agar kebijakan dan program yang dijalankan dapat berjalan efektif, terukur, serta berkelanjutan. Pentahelix diyakini mampu menjadi katalis yang mempertemukan kepentingan strategis antaraktor pembangunan.
Selain teori, Gani Fernando mengangkat data empirik yang menunjukkan adanya hubungan kuat antara prevalensi stunting dengan tingkat kemiskinan dan ketahanan pangan daerah. Masyarakat di wilayah rawan pangan cenderung memiliki akses terbatas terhadap protein hewani dan pangan bergizi, sehingga rentan melahirkan anak dengan gangguan pertumbuhan. Hal ini menegaskan perlunya kebijakan ketahanan pangan yang berpihak pada pemanfaatan sumber daya lokal.
Lebih jauh, Taskap ini memaparkan perlunya penguatan sistem data terintegrasi antar kementerian dan lembaga. Data kependudukan, kesehatan, dan gizi yang masih tersebar di berbagai instansi membuat kebijakan intervensi sulit dievaluasi secara efektif. Integrasi data berbasis digital dinilai menjadi kunci utama dalam mengoptimalkan perencanaan, pemantauan, dan pengukuran capaian pencegahan stunting secara nasional.
