Melalui pendekatan multidisipliner, Eqab mengusulkan strategi pembangunan pertanian yang mengintegrasikan kebijakan air, energi, dan inovasi teknologi. Menurutnya, pembangunan pertanian di Yordania tidak dapat dilakukan secara sektoral, melainkan harus melibatkan sinergi lintas bidang dan lembaga. Pendekatan ini sejalan dengan kerangka kerja yang diatur dalam Strategi Nasional Pembangunan Pertanian 2020–2025 serta Rencana Modernisasi Ekonomi 2023–2033 yang diterapkan pemerintah Yordania.
Selain meninjau kondisi nasional, Eqab membandingkan pengalaman negara lain dalam menghadapi keterbatasan sumber daya alam. Ia mengutip keberhasilan Israel dalam daur ulang air limbah untuk irigasi, Belanda dengan sistem pertanian presisi berbasis teknologi, serta Australia dalam mengembangkan conservation agriculture. Pembelajaran ini menjadi referensi berharga bagi Yordania untuk mengadaptasi inovasi yang relevan dengan kondisi lokalnya.
Dari sisi lingkungan strategis regional, Taskap ini juga menyoroti pentingnya kerja sama antarnegara di Timur Tengah. Yordania dapat memperkuat diplomasi pangan dan air melalui kemitraan dengan negara tetangga seperti Mesir, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Selain itu, inisiatif investasi lintas batas di sektor pertanian, termasuk penyewaan lahan subur di negara lain, dinilai sebagai salah satu alternatif dalam menjaga ketersediaan pangan domestik.
Eqab juga menekankan peran teknologi digital dan generasi muda dalam memperkuat sektor pertanian. Dengan lebih dari 60 persen populasi Yordania berusia di bawah 30 tahun, potensi inovasi melalui smart farming, pertanian vertikal, dan ekonomi sirkular perlu digerakkan secara masif. Menurutnya, pemanfaatan teknologi pertanian modern seperti drone, sensor irigasi, dan sistem pemantauan cuaca dapat meningkatkan produktivitas hingga 30 persen.
Salah satu hal menarik dalam Taskap ini adalah penekanannya pada aspek sosial dan budaya dalam pembangunan pertanian. Eqab menilai bahwa ketahanan pangan bukan hanya persoalan produksi, tetapi juga kesadaran masyarakat terhadap pentingnya konsumsi pangan lokal dan pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan. Oleh sebab itu, pendidikan, riset, dan pelibatan komunitas menjadi elemen penting dalam menciptakan ekosistem pangan yang tangguh.
Taskap ini juga menawarkan sejumlah rekomendasi kebijakan, di antaranya reformasi kelembagaan pertanian, peningkatan investasi publik dan swasta, serta penguatan riset dan transfer teknologi. Eqab menilai bahwa kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta dapat menciptakan model pertanian adaptif yang sesuai dengan tantangan global seperti perubahan iklim dan ketegangan geopolitik.
