Membangun Pertanian Yordania untuk Ketahanan Pangan Global

Colonel Eqab Saleh Morshed Alja’afreh dari Yordania Army menjadi salah satu peserta Pendidikan Penyiapan dan Pemantapan Pimpinan Nasional (P4N) Angkatan LXVIII Lemhannas RI Tahun 2025 yang menorehkan pemikiran strategis melalui Kertas Karya Ilmiah Perseorangan (Taskap) berjudul “Membangun Pertanian di Yordania untuk Ketahanan Pangan.” Taskap ini merupakan hasil refleksi akademik dan strategis terhadap persoalan krusial yang dihadapi negaranya, terutama dalam mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan di tengah keterbatasan sumber daya alam dan dampak perubahan iklim global.

Dalam pengantarnya, Colonel Eqab menegaskan bahwa ketahanan pangan adalah tantangan strategis abad ke-21 yang dihadapi banyak negara, termasuk Yordania. Sebagai salah satu negara dengan tingkat ketersediaan air terendah di dunia, Yordania dihadapkan pada krisis air, degradasi lahan, dan meningkatnya ketergantungan terhadap impor pangan. Situasi ini menuntut kebijakan pertanian yang inovatif, berkelanjutan, dan berorientasi jangka panjang agar negara tersebut dapat mengamankan pasokan pangan nasionalnya.

Melalui penelitiannya, Eqab menyoroti bahwa kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) kini mengimpor hampir 50 persen dari kebutuhan pangan. Ketergantungan ini tidak hanya menciptakan kerentanan ekonomi, tetapi juga ancaman terhadap stabilitas politik dan sosial kawasan. Dalam konteks Yordania, permasalahan tersebut diperparah oleh kondisi geografis yang gersang, curah hujan yang minim, serta praktik pengelolaan sumber daya yang belum efisien.

Taskap ini secara komprehensif menganalisis tantangan utama sektor pertanian Yordania yang meliputi kelangkaan air, fragmentasi kepemilikan lahan, degradasi tanah, dan tingginya biaya produksi. Colonel Eqab menekankan bahwa 88 persen kepemilikan pertanian di Yordania terdiri atas lahan kecil di bawah tiga hektar, sehingga sulit mencapai efisiensi ekonomi maupun penerapan teknologi modern. Hal ini membuat sektor pertanian sulit bertransformasi menjadi penopang utama ketahanan pangan.

Dalam analisisnya, Eqab mengaitkan pembangunan pertanian dengan konsep national resilience atau ketahanan nasional. Ia melihat bahwa ketahanan pangan tidak hanya merupakan isu ekonomi, tetapi juga bagian integral dari pertahanan negara. Sektor pertanian yang kuat akan memperkuat stabilitas sosial dan mengurangi ketergantungan eksternal terhadap bahan pangan impor. Dengan demikian, pertanian harus dipandang sebagai pilar strategis dalam sistem ketahanan nasional.

Scroll to Top