Namun, Cahyo juga mencatat berbagai kendala implementasi di lapangan. Kurangnya infrastruktur digital di daerah 3T, rendahnya tingkat sertifikasi guru, dan lemahnya koordinasi antarinstansi menjadi hambatan dalam pemerataan mutu pendidikan. Ia menegaskan bahwa pembangunan SDM tidak akan efektif tanpa dukungan tenaga pendidik yang profesional serta infrastruktur teknologi yang memadai untuk menunjang proses belajar mengajar.
Dalam analisisnya, Cahyo mengusulkan peningkatan kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat untuk mempercepat penciptaan talenta muda unggul. Dunia industri diharapkan dapat terlibat aktif melalui program magang, riset terapan, serta inkubasi kewirausahaan agar generasi muda memperoleh pengalaman langsung menghadapi tantangan global.
Selain itu, penguasaan teknologi digital menjadi keharusan bagi talenta muda Indonesia. Revolusi Industri 4.0 dan perkembangan kecerdasan buatan (AI) menuntut generasi muda untuk adaptif terhadap perubahan. Pemerintah, melalui program Digital Talent Scholarship (DTS) dan pembangunan Digital Talent Center (DTC) di berbagai daerah, perlu memperluas akses pelatihan digital yang menjangkau hingga pelosok negeri agar tidak terjadi kesenjangan kompetensi antarwilayah.
Taskap ini juga menggarisbawahi pentingnya integritas dan karakter kebangsaan sebagai fondasi daya saing global. Menurut Cahyo, generasi muda Indonesia harus mampu menyeimbangkan antara kecanggihan teknologi dan nilai-nilai moral bangsa. Talenta yang cerdas dan berkarakter kuat akan menjadi pelopor inovasi yang beretika dan berorientasi pada kepentingan nasional.
Dengan pendekatan strategis yang komprehensif, Cahyo mengajukan rekomendasi agar pengembangan talenta muda dilakukan melalui tiga arah utama: memperkuat pendidikan berbasis karakter dan teknologi, memperluas akses pelatihan digital inklusif, serta memperkuat ekosistem inovasi berbasis kewirausahaan. Upaya ini akan memastikan generasi muda tidak hanya menjadi tenaga kerja kompeten, tetapi juga pencipta lapangan kerja yang membawa Indonesia menuju kemandirian ekonomi.
Melalui karyanya, Cahyo Widiarso menegaskan bahwa keberhasilan Indonesia Emas 2045 bergantung pada kemampuan bangsa menyiapkan talenta muda yang unggul, adaptif, dan berdaya saing global. Ia menutup Taskap-nya dengan keyakinan bahwa dengan investasi berkelanjutan pada pendidikan, teknologi, dan karakter bangsa, Indonesia akan mampu berdiri sejajar dengan negara maju di dunia—bukan sekadar karena sumber daya alamnya, tetapi karena kekuatan sumber daya manusianya.(ALV/BIA)
