Arly juga menekankan pentingnya investasi pada riset dan teknologi keamanan siber dalam negeri. Ketergantungan pada perangkat lunak asing dapat menjadi celah keamanan yang berpotensi dimanfaatkan pihak luar. Oleh karena itu, pengembangan sistem keamanan siber nasional berbasis teknologi domestik perlu menjadi prioritas dalam kebijakan pertahanan digital.
Dalam penutup Taskap-nya, Arly menyampaikan bahwa kejahatan siber tidak dapat dilawan hanya dengan perangkat keras dan regulasi, tetapi harus melalui manusia yang cerdas, adaptif, dan berintegritas. Ketahanan nasional akan kokoh apabila seluruh elemen bangsa memiliki kesadaran dan kemampuan untuk melindungi diri di ruang siber. “Ketahanan digital adalah ketahanan nasional dalam wujud baru,” tegasnya.
Karya ilmiah ini menjadi bukti komitmen peserta P4N dalam memberikan kontribusi nyata bagi bangsa, khususnya di bidang keamanan siber yang kini menjadi bagian dari strategi ketahanan nasional. Melalui pemikiran yang sistematis dan berbasis data, Arly menghadirkan solusi strategis yang dapat diimplementasikan oleh instansi terkait.
Bagi Lemhannas RI, karya seperti ini bukan sekadar tugas akademik, tetapi merupakan bentuk pengabdian intelektual yang memperkuat fungsi lembaga sebagai pusat kajian strategis nasional. Taskap ini juga memperkaya koleksi literatur ilmiah perpustakaan Lemhannas RI, khususnya dalam bidang kebijakan keamanan digital dan pengembangan sumber daya manusia nasional.
Melalui publikasi ini, diharapkan masyarakat luas, akademisi, dan pemangku kepentingan dapat mengambil inspirasi dan pelajaran berharga dari gagasan Kombes Pol. Arly Jembar Jumhana. Sebab di tengah derasnya arus transformasi digital, kemampuan manusia tetap menjadi benteng terakhir dalam menjaga eksistensi dan kedaulatan bangsa di dunia maya. (ALV/BIA)
