Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar kedua di dunia dengan lebih dari 17.000 pulau, memiliki potensi luar biasa dalam sektor agro maritim. Luas perairan Indonesia yang mencapai 6,4 juta km² dan keanekaragaman hayati yang kaya menjadikan wilayah pesisir sebagai aset strategis untuk pembangunan ketahanan pangan nasional. Namun, tantangan infrastruktur, degradasi lingkungan, dan kerentanan terhadap perubahan iklim menjadi kendala utama yang perlu diatasi melalui pendekatan berkelanjutan.
Kertas Karya Ilmiah Perseorangan (Taskap) yang berjudul “Pembangunan Agro Maritim Di Wilayah Pesisir Guna Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional”, disusun oleh Kolonel Inf Anwar, S.H., dalam Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXVII di Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI), mengupas secara mendalam strategi pembangunan agro maritim berbasis teknologi dan inklusivitas. Mengintegrasikan sektor pertanian dan kelautan menjadi langkah strategis untuk mendukung kemandirian pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Menurut Taskap ini, pembangunan agro maritim yang berkelanjutan tidak hanya bertumpu pada pengelolaan sumber daya alam, tetapi juga melibatkan pemanfaatan teknologi digital seperti Internet of Things (IoT) dan big data. Teknologi ini mendukung efisiensi produksi, distribusi, dan pengawasan sumber daya sehingga menghasilkan ekosistem yang adaptif terhadap tantangan modern. Pendekatan ini dikenal sebagai Agro Maritim 4.0.
Selain manfaat ekonomi, pembangunan agro maritim juga menawarkan solusi untuk ketimpangan infrastruktur antara wilayah barat dan timur Indonesia. Infrastruktur yang merata memungkinkan distribusi hasil pertanian dan perikanan yang lebih efisien. Pemerintah diharapkan dapat mempercepat implementasi kebijakan yang mendukung pengembangan sektor ini, termasuk perbaikan sistem regulasi dan penegakan hukum di sektor maritim.
Taskap ini juga menyoroti pentingnya pemberdayaan masyarakat lokal dalam proses pembangunan agro maritim. Keterlibatan mereka menjadi kunci keberhasilan implementasi strategi ini, baik melalui pelatihan keterampilan, akses teknologi, maupun distribusi manfaat ekonomi yang adil. Hal ini sejalan dengan semangat inklusivitas yang diusung oleh konsep pembangunan berkelanjutan.
Namun, tantangan besar seperti illegal fishing, pencemaran perairan, dan kerusakan ekosistem tetap menjadi hambatan serius. Laporan ini menggarisbawahi perlunya pengawasan ketat, kolaborasi antarlembaga, dan adopsi teknologi modern untuk melindungi keberlanjutan sektor agro maritim. Regulasi yang konsisten dan penegakan hukum yang tegas akan memperkuat posisi Indonesia dalam pengelolaan sumber daya maritim.